Desa Wisata Limbo Wolio di Kawasan Benteng Keraton Buton (Benteng Wolio)
Limbo Wolio adalah merupakan nama populer dari sebutan sebuah Desa Wisata yang secara administrasi berada di Kelurahan Melai Kecamatan Murhum Kota Baubau Provinsi Sulawesi Tenggara. Letak geografis Desa Wisata Limbo Wolio berada dalam Kawasan Benteng Keraton Buton (Benteng Wolio) Kota Baubau dengan batasan wilayah sebagai berikut : sebelah utara berbatasan dengan Kelurahaan Wajo, sebelah selatan dengan Kelurahan Baadia, sebelah barat dengan Kelurahan Lamangga, dan sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Bukit Wolio Indah. Total luas wilayah administrasi Desa Wisata Limbo Wolio atau Kelurahan Melai adalah 42 ha/m2, dengan jumlah penduduk sebesar 2.223 jiwa dengan rincian ; laki-laki 1.110 Jiwa dan perempuan 1.113 jiwa, Sedangkan jumlah RT sebanyak 9 dan RW adalah 3 (BPS, Kec. Murhum Dalam Angka 2021)
Penetapan Kelurahan Melai sebagai Desa Wisata berdasarkan Peraturan Wali kota Baubau Nomor : 27 Tahun 2020 tentang Penetapan Kelurahan Berpotensi Wisata sebagai Kawasan Limbo Wisata di Kota Baubau. Bahwa Dalam Perwali tersebut, Limbo Wolio ditetapkan sebagai salah satu Kawasan Limbo Prioritas Kota Baubau. Nama Limbo Wolio yang diberikan kepada Kelurahan Melai memiliki arti sejarah tersendiri. Eksistensi Kelurahan Melai di mana Benteng Keraton Buton berada tidaklah terbentuk secara tiba-tiba. Secara tradisional, kawasan ini bernama Wolio yang merupakan pusat kerajaan dan Kesultanan Buton. Karena itu, kawasan yang secara administratif dewasa ini disebut Kelurahan Melai telah menapaki proses panjang sejarah setua riwayat Wolio itu sendiri.
Dalam sejumlah sumber disebutkan bahwa Wolio, sebagai nama kawasan pusat kerajaan dan Kesultanan Buton, berasal berasa dari kata
welia yang berarti “menebas” (Zahari, 1977). Kata welia dihubungkan dengan aktifitas para pendiri Kerajaan Buton kala itu ketika “menebas hutan belukar” untuk menjadi kawasan pemukiman mereka. Pemukiman Wolio awalnya dirintis oleh beberapa orang dari tanah Melayu yang dikenal dengan “Mia Patamiana” (orang yang empat) yakni, Sipanjonga, Simalui, Sijawangkati dan Sitamanajo yang awalnya dibentuklah dua satuan pemukiman yang di dalam bahasa Wolio disebut limbo
Adapun dasar ditetapkannya Kelurahan Wolio sebagai Desa Wisata Limbo Wolio, tentu menjadi Daya Tarik Wisata Strategis/Prioritas di Kota Baubau, karena tidak terlepas dari sejarah panjang keberadaan Benteng Keraton Buton (Benteng Wolio) sebagai Pariwisata Budaya Kota Baubau. Bahwa, Benteng Keraton Buton (Benteng Wolio) dibangun pada abad ke-16 oleh Sultan Buton III bernama La Sangaji yang bergelar Sultan Kaimuddin (1591-1596). Pada awalnya, benteng tersebut hanya dibangun dalam bentuk tumpukan batu yang disusun mengelilingi komplek istana dengan tujuan untuk mambuat pagar pembatas antara komplek istana dengan perkampungan masyarakat sekaligus sebagai benteng pertahanan. Pada masa pemerintahan Sultan Buton IV yang bernama La Elangi atau Sultan Dayanu Ikhsanuddin, benteng berupa tumpukan batu tersebut dijadikan bangunan permanen
Pada masa kejayaan pemerintahan Kesultanan Buton, keberadan Benteng Keraton Buton (Benteng Wolio) memberi pengaruh besar terhadap eksistensi Kerajaan. Dalam kurun waktu lebih dari empat abad, Kesultanan Buton bisa bertahan dan terhindar dari ancaman musuh. Dari tepi benteng yang sampai saat ini masih berdiri kokoh anda dapat menikmati pemandangan kota Bau-Bau dan hilir mudik kapal di selat Buton dengan jelas dari ketinggian.
Benteng Keraton Buton (Benteng Wolio) memiliki 12 pintu gerbang yang disebut Lawa dan 16 emplasemen meriam yang mereka sebut Baluara. Karena letaknya pada puncak bukit yang cukup tinggi dengan lereng yang cukup terjal memungkinkan tempat ini sebagai tempat pertahanan terbaik di zamannya. Dari tepi benteng yang sampai saat ini masih berdiri kokoh anda dapat menikmati pemandangan kota Bau-Bau dan hilir mudik kapal di Selat Buton dengan jelas dari ketinggian,suatu pemandangan yang cukup menakjukkan. Selain itu, di dalam kawasan benteng dapat dijumpai berbagai peninggalan sejarah Kesultanan Buton.
Benteng Keraton Buton (Benteng Wolio) merupakan salah satu objek wisata bersejarah di Baubau, Sulawesi Tenggara. Benteng ini merupakan bekas ibu kota Kesultanan Buton memiliki bentuk arsitek yang cukup unik, terbuat dari batu kapur/gunung. Benteng yang berbentuk lingkaran ini dengan panjang keliling 2.740 meter. Benteng Keraton Buton (Benteng Wolio) mendapat penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) dan Guiness Book Record yang dikeluarkan bulan September 2006 sebagai benteng terluas di dunia dengan luas sekitar 23,375 hektare.
Dalam Benteng sendiri memiliki 3 Komponen yaitu Badili (Meriam), Lawa (pintu Gerbang) dan Baluara (Bastion)
Badili
objek wisata ini merupakan meriam yang terbuat dari besi tua yang berukuran 2 sampai 3 depa. Meriam ini bekas persenjataan Kesultanan Buton peninggalan Portugis dan Belanda yang dapat ditemui hampir pada seluruh benteng di Kota Baubau.
Lawa
Dalam bahasa Wolio berarti pintu gerbang. Lawa berfungsi sebagai penghubung keraton dengan kampung-kampung yang berada di sekeliling benteng keraton. Terdapat 12 lawa pada benteng keraton. Angka 12 menurut keyakinan masyarakat mewakili jumlah lubang pada tubuh manusia, sehingga benteng keraton diibaratkan sebagai tubuh manusia. Ke-12 lawa memiliki masing-masing nama sesuai dengan gelar orang yang mengawasinya, penyebutan lawa dirangkai dengan namanya. Kata lawa diimbuhi akhiran 'na' menjadi 'lawana'. Akhiran 'na' dalam bahasa Buton berfungsi sebagai pengganti kata milik "nya". Setiap lawa memiliki bentuk yang berbeda-beda tapi secara umum dapat dibedakan baik bentuk, lebar maupun konstruksinya ada yang terbuat dari batu dan juga dipadukan dengan kayu, semacam gazebo di atasnya yang berfungsi sebagai menara pengamat. 12 Nama lawa di antaranya: lawana rakia, lawana lanto, lawana labunta, lawana kampebuni, lawana waborobo, lawana dete, lawana kalau, lawana wajo/bariya, lawana burukene/tanailandu, lawana melai/baau, lawana lantongau dan lawana gundu-gundu.
Baluara
Kata baluara berasal dari bahasa portugis yaitu baluer yang berarti bastion. Baluara dibangun sebelum benteng keraton didirikan pada tahun 1613 pada masa pemerintahan La Elangi/Dayanu Ikhsanuddin (sultan buton ke-4) bersamaan dengan pembangunan 'godo' (gudang). Dari 16 baluara dua diantaranya memiliki godo yang terletak diatas baluara tersebut. Masing-masing berfungsi sebagai tempat penyimpanan peluru dan mesiu. Setiap baluara memiliki bentuk yang berbeda-beda, disesuaikan dengan kondisi lahan dan tempatnya. Nama-nama baluara dinamai sesuai dengan nama kampung tempat baluara tersebut berada. Nama kampung tersebut ada di dalam benteng keraton pada masa Kesultanan Buton.
16 Nama Baluara yaitu: baluarana gama, baluarana litao, baluarana barangkatopa, baluarana wandailolo, baluarana baluwu, baluarana dete, baluarana kalau, baluarana godona oba, baluarana wajo/bariya, baluarana tanailandu, baluarana melai/baau, baluarana godona batu, baluarana lantongau, baluarana gundu-gundu, baluarana siompudan baluarana rakia.
Kemudian dalam Kawasan Benteng Keraton Buton (Benteng Wolio), juga terdapat beberapa situs sejarah yang terdiri dari : Masjid Agung Keraton Buton, Kasulana Tombi (Tiang Bendera Kesultanan Buton), Batu Popaua (tempat pelantikan sultan), Batu Wolio, Makam Para Raja dan Sultan), Baruga (balai pertemuan), Kamali Bata dan Kamali Kara, Gudang Peluru, Gua Arung Palaka, Jangkar Kapal VOC. Selain itu dalam Benteng terdapat Rumah-Rumah Penduduk berarsitekturkan Buton yang dihuni oleh masyarakat setempat sebagai warga Kelurahan Melai sendiri yang menjadi ciri khas unik sebagai pemebedah dari benteng pada umumnya sebagai pusat kesultanan di Nusantara bahkan di dunia.
Bahwa, selain unsur tangible dalam Daya Tarik Wisata Budaya Potensi Desa Wisata Limbo Wolio yang merupakan simbol kekuatan dari Benteng Keraton Buton (Benteng Wolio) tersebut, juga terdapat unsur intagible yang menjadi atraksi wisata budaya sebagai daya jual pariwisata di Kawasan Desa Wisata Limbo Wolio, yakni; Kande-Kandea, Posipo, Alana Bulua, Dole-Dole, Tandaki, Posuo dan Santiago, Haroa, Qadiri, Qunua, Tembaana Bula, serta berebagai peramainan tradisional, yang kesemua atrasksi tersebut menjadi sugguhan atraksi yang berlangsung sesuai jadwal waktu tertentu berdasarka tradisi masyarakat (Buton) serta pada setiap event budaya lainnya di Kota Baubau.
Posisi Strategis Desa Wisata Limbo Wolio yang berada tepat di Pusat Benteng Keraton Buton (Benteng Wolio), berada pada ketinggian ± 100 mdpl, sehingga dari pagi dan sore hari hingga malam menjadi ajang berkumpulnya para milenial di sudut pusat kuliner untuk menikmati panorama sunrise dan sunset serta panorama kelap-kelipnya lampu-lampu malam kehidupan Kota Baubau.
Di Wilayah Desa Wisata Limbo Wolio saat ini, juga telah terdapat beberapa Home Stay (rumah penduduk setempat) dan pusat-pusat kuliner, Souvenir dan Tourism Information Center (TIC), Pusat Kesehatan Masyarakat (PKM) Melai, Kantor Lurah Melai, Sekolah Dasar Negeri 1 Baadia, Sekolah Dasar Negeri Keraton, Kantor Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Sulawesi Selatan Cabang Baubau dan Kantor Dinas Pariwisata Kota Baubau, yang berada dalam kawasan Benteng Keraton Buton (Benteng Wolio) sebagai bagian dari keterpenuhan amenitas pariwisata Kota Baubau.
Sedangkan potensi Sumber Daya Manusia yang ada menjadi elemen penguat dalam dasar pembentukan Desa Wisata Limbo Wolio. Beberapa komunitas pendukung pentahelix pariwisata Limbo Wolio telah berjalan dalam kolaborasi aksi untuk pengembangan Daerah Tujuan Wisata Limbo Wolio, seperti komunitas Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Dadi mangura Keraton Molagina, Karang Taruna, Kelompok Dasawisma, Ibu-Ibu PKK, Majelis Ta’lim dan komunitas penggiat pariwisata, seperti Media Center Benteng Keraton Buton, Pemerhati Wolio Mankesana dan Melai Peduli. Komunitas-Komunitas tersebut telah bersinergi bersama Pemerintah Kelurahan dan Pemerintah Kota Baubau dalam arah pengembangan pariwisata dengan konsep Community Base Tourism. Bahwa Konsep CBT tersebut adalah sebagai solusi peluang atas pengembangan potensi sekaligus mengurai tantangan serta ancaman yang dihadapi terhadap ekosistem yang ada, mengingat Kawasan Desa Wisata Limbo Wolio merupakan bagian dari Kawasan Pengembangan Strategis Pariwisata Keraton Kota Baubau sebagaimana tertuang dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata (RIPP) Kota Baubau.
Akses menuju Desa Wisata Limbo Wolio sangatlah mudah karena dekat dari pusat Kota Baubau. ± 4 Km, sedangkan dari Pelabuhan Murhum berjarak ± 4 Km dan dari Bandara Betoambari berjarak hanya ± 3 Km, yang dapat diakses dengan menggunakan kendaraan roda dua dan roda empat.
“Ayo Berkunjung di Desa Wisata Kami, Desa Wisata Limbo Wolio. Anda akan memahami sejarah Peradaban Kebudayaan Buton dimasa Kerajaan dan Kesultanan Buton dan Sejarah Panjang Benteng Keraton Buton (Benteng Wolio) sebagai Benteng Terluas di Dunia”.