Benteng keraton Buton merupakan salah satu warisan budaya yang ada di Indonesia tepatnya di Kota Baubau, Provinsi Sulawesi Tenggara. Benteng Keraton Buton saat ini telah berusia ratusan tahun. Pada masa lampau, Benteng Keraton Buton ini dibangun pada abad ke 15, dimasa Pemerintahan Sultan Buton ke III yaitu La Sangaji dan selesai pada tahun 1645 masa Pemerintahan Sultan Buton ke VI yakni La Buke. Pembangunan Benteng Keraton Buton ini dimaksudkan untuk perlindungan dan pertahanan pada masa Kesultanan Buton. Selain itu, di Benteng Keraton Buton juga terdapat kawasan pemukiman warga yang memiliki ciri khas yang membedakannya dengan pemukiman diluar Benteng Keraton Buton.
Tidak seperti Benteng pertahanan yang ada di Indonesia, Benteng keraton buton merupakan benteng yang dibangun oleh masyarakat pribumi dengan menggunakan susunan batuan karst. Konon katanya batuan tersebut direkatkan dengan campuran putih telur, pasir dan kapur. Adapun tinggi dan tebal tembok dari benteng Keraton Buton berbeda-beda, hal ini dikarenakan adanya perbedaan kontur tanah dan lereng bukit. Untuk tinggi benteng berkisar 1-8 meter, ketebalannya sekitar 0,5 – 2 meter.
Pada tahun 2006, Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) bersama dengan Guinness Book Of World Record menobatkan Benteng Keraton Buton sebagai benteng pertahanan terluas di dunia dengan luas 23, 375 Ha dan keliling benteng sepanjang 2.740 meter. Benteng Keraton Buton terletak di puncak setinggi 100 mdpl. Dari ketinggian tersebut, kita dapat melihat pemandangan Kota Baubau beserta dengan selat Baubau dan pulau Muna yang berhadapan langsung dengan Kota Baubau.
Selain dapat menyaksikan pemandangan, di dalam Benteng Keraton Buton itu sendiri, juga terdapat beberapa situs sejarah telah berusia kurang lebih setengah abad.