Santiago merupakan tradisi berziarah ke makam para Sultan-sultan Buton yang ada di dalam Benteng Wolio dan sekitarnya. Di era Kesultanan Buton dilaksanakan pada tanggal 2 Syawal setelah sholat Isya hingga menjelang sholat subuh yang turut dimerihkan oleh pejabat kesultanan dan masyarakat Karena begitu ramai dan meriahnya kegiatan yang berlansung di hari ke-2 lebaran Idul Fitri maka sering disebut dengan raraea malo, yang berarti berlebaran di malam hari. Di era pendudukan Jepang karena keadaan yang tidak memungkinkan di maka pemerintah Kesultanan Buton mengadakan Santiago di pagi hari tanggal 2 Syawal hingga sore menjelang malamTradisi Santiago ( ziarah Kubur). Pada tradisi Santiago Sultan Buton beserta perangkatnya ke makan para Raja dan Sultan yang dimana ketika rombongan Sultan dan perangkatnya lewat didepan rumah masyarkat, masyarakat akan menyiapkan makanan depan rumah, pemilik rumah akan menghadang rombongan tersebut dengan alunan syair kabanti dengan tujuan agar rombongan tersebut mampir mencicipi hidangan tersebut.
Pada tahun ini ada 6 Makam Sultan Buton yg sempat diziarahi. Sultan Murhum, Sultan Himayatuddin Muhammad Saidi, Sultan Dayanu Iksanuddin, Sultan Syamsuddin, Sultan Mulharuddin Abd. Rasyid, Sultan Adilil Rahim & Sultan Malik Sirulllah.
Iring-iringan SANTIAGO dimulai dari Kamali Kara Istana Sultan Hamidi menuju Masjid Agung Keraton Buton untuk menjemput Syarana Hukumu lalu ke makam para Sultan untuk ziarah kubur. Air Persiraman Makam Sultan dibawah oleh seorang perempuan muda yg dipayungi oleh Kenipau. Perempuan muda ini dalam tradisi SANTIAGO dinamai SALAWATU.