DESA KOLOWA,
Mengenang keberadaan Sultan Murhum, Murhum di dalam tubuh dan dirinya lahir di antara kerajaan-kerajaan besar yang manjamah dunia pada masanya, antara lain : kekaisaran china Dung Kung Cangiang, kerajaan Sriwijaya Sipanjonga, Simananjo, Simaluwi dan Jawangkati, Kerajaan Majapahit yaitu Sri Batara, kemudian kerajaan Mataram Hindu yaitu Purti Lasem Laila Mangrani, kerajaan Luwuk yaitu Sri Wigading dan ada kerajaan dari luar kerajaan Persia yaitu Syeh Abdullah Yaumil Muhtar dan keturunan langsung dari rasulullah yaitu Musharatul Izzati atau Wa Kaakaa yang kemudian telah menjadi raja Buton Pertama.
Dari Wa Ode Dumba yang makamnya ada di Dusun SYUKUR lahir keturunan pertama yaitu Wa Ode Ela, dikelahiran Wa Ode Ela inilah terjadi peristiwa yang luar biasa di dalam perjalanan kesultanan Buton, yaitu sekitar ratusan tahun, terjadi penyerangan oleh 20.000 tentara Gowa di bawah kepemimpinan Sultan Bima untuk menghancurkan kerajaan Buton, akibat kesalapahaman melindungi Arum Palaka sebagai putra raja Bone yang masih sepupu dua kali dari Wa Ode Dumba, karena silsilah dari Arum Palaka berasal dari La Putu Bone, La Putu Bone menikah dengan bangsawan kerajaan Bone maka lahirlah Arum Palaka, La Putu Bone berasal dari La Kabaura, La Kabauraa menikah dengan Wa Bunganila yang merupakan saudara satu kandung dari pada ibu La Elangi yang masih merupakan keturunan dari Sultan Murhum juga.
Melihat kenyataan ini, kita sebagai anak cucu KOLOWA harus membangun nilai-nilai dengan berjiwa besar, kenapa leluhur kita bisa membangun peradaban dengan begitu jaya sementara kita telah siap semua fasilitas tidak bisa berbuat seperti mereka?
Sehingga saat ini dari Wa Ode Ela lahirlah Wa Simu, Wa Simu lahir La Ode Iha, La Ode Iha lahir anak cucu keturunan pada istri pertama yaitu Wa Rimu yang kemudian menikah dengan salah satu leluhur kita bergelar Mabaria, kemudian anak cucunya tersebar di daerah Boniatiro, Wa Kalambe yang dulunya berdiam di Pulau Pendek, kemudian dari istri lain La Ode Iha bernama Wa Kaani melahirkan keturunan Kolakina Bone atau Boneoge, kemudian lahirlah anak cucunya yaitu pertama La Anihu dan salah satunya La Sabu, La Ramuli dan anak KOLOWA La Gale.
Bahwa oleh karena La Ode Iha mempunyai banyak keturunan, maka semua orang KOLOWA adalah keturunan La Ode Iha, dengan kenyataan ini, mari kita sebagai orang KOLOWA untuk membangun dan melestarikan apa yang dibangun oleh leluhur kita dengan falsafah yang berkembang dikesultanan Buton yaitu murtabad 7, murtabad 7 diangkat dari hadist nabi “siapa yang mengenal keberadaan dirinya yang sejati, maka dia akan mengenal keberadaan tuhannya yang kekal”…., kehebatan murtabad 7 dibandingkan dengan murtabad 9 yang berlaku di tanah Djawa, murtabad 7 mampu menata pemerintahan kesultanan Buton dimasa lalu, bisa dijadikan dasar untuk mengembangkan tradisi dan budaya adat yang berada di wilayah kesultanan Buton, kemudian dari murtabad 7 ini terpilihlah 72 kadie (orang-orang terpilih pada saat itu), yaitu dua kadie adalah Kaummu dengan Wa Laka, dan dari tuju puluhnya lagi, empat puluh diduduki oleh La Kina dari keturunan Kaummu tadi dan tiga puluhnya lagi diduduki oleh Bonto dari keturunan Wa Laka.
Kembali ke Wa Ode Dumba, yang memiliki kaitan dengan kerajaan Bombonawulu (dekat Lombe) dimasa lalu, peristiwa kenapa terjadi perperangan antara kerajaan Bombonawulu dengan kerajaan Buton? Itu semua karena didasari ketersinggungan setelah tertangkapnya Uputaiko yang pada saat itu gigih melawan Belanda, sampai-sampai mengasingkan diri di Gunung Siotampina atau Gunung 99 yang menyebabkan syara Buton pada saat itu mulai lemah, mereka mulai berkerjasama dengan Belanda. Sehingga melihat gelagat ini, Raja Bombonawulu demi menjunjung amanat leluhurnya dari negeri mekah atau matahari selam dimasa dulu yang diamanatkan didalam sejarah kisah rahasia dalam catatan kabenci atau catatan buku tembaga, rasulullah pernah berwasiat “hai Syaidina Ali sesungguhnya ada dua Negeri di belahan timur yang mengakui kebenaran ajaranku, walaupun saya belum sampai kesana tetapi tanah itu muncul dari dasar laut untuk menerima kebenaran yang saya bawa ini, demi ketaatan dua Negeri dan dua pulau itu yang dikenal dengan pulau Al-Bakni dan pulau Al-Munajat atau pulau Muna, maka utuslah kesana dua orang Syeh Abdul Gafur dan Syeh Abdul Syukur untuk mencari dua Negeri itu dan tancapkan dua bendera ini untuk menandai dua pulau itu adalah penemuanku sebelum dikuasai oleh bangsa-bangsa lain. Bahwa ketika Belanda menanamkam pengaruhnya dikesultanan Buton setelah tertangkapnya Uputaiko, maka kerajaan Bombonawulu merasa tersinggung karena hasil penemuan manusia itu ketika kembali ketanah mekah, waktu itu Rasulullah S.A.W. sudah wafat dan yang menjabat sebagai khalifa adalah Syaidina Ali, kemudian dipesiapkan empat ulama untuk mendiami Negeri Al-Butuni dan Al-Munajat yang disebut sahwa najuba pataniana yang bersama anggotanya empat puluh orang yang masing-masing membawahi 10 orang, pertama mendarat di Bombonawulu langsung membangun kerajaan Bombonawulu pada saat itu pada abad ke-8 masehi, kemudian setelah membangun kerajaan Bombonawulu, dari empat kelompok tadi masing-masing ditandai dengan jubah berwarna, jubah merah dan jubah putih menuju ke tanah Djawa, dan pada saat itu symbol merah putih mulai dipakai dikerajaan Mataram Hindu dan kerajaan Majapahit, kemudian jubah hijau dan jubah kuning menuju ke timur, maka setelah terbangun kerajaan Tidore dan kerajaan Ternate maka symbol jubah hijau dan kuning menjadi symbol kejayaaan kesultanan Ternate dan kesultanan Tidore. Sehingga dalam catatan sejarah Terenate dan Tidore tidak terdapat pengaruh Hindu yang sebenarnya sama dengan kesultanan Buton, terbukti bahwa tidak terdapat patung-patung berhala di Buton.
Bahwa pada masa perperangan kerajaan Bombonawulu dengan kerajaan Buton, hampir kerajaan Bombonawulu tidak dapat ditaklukan karena kesaktiannya, nanti pada saat itu diadakanlah sayembara, maka tampilah anak cucu Wa Ode Dumba, antara lain La Ode Dimba yang merupakan Bonto pertama di tanah KOLOWA dan yang kedua adalah La Ode Iha yang merupakan Lakina pertama KOLOWA dari keturunan Wa Ode Dumba, ketika diutus La Ode Dimba dan La Ode Iha untuk berperang dengan kerajaan Bombonawulu, maka raja Bombonawulu lebih memilih agar tidak terjadi pertumpahan darah dengan satu darah turunannya, dan memilih menyerahkan diri kepada Belanda namun sampai saat ini mereka tidak ditemukan makamnya (keajaiban-keajaiban dimasa lalu). Sehingga akibat penghargaan atas kemenangan anak cucu Wa Ode Dumba dari kerajaan Buton, maka diminta untuk kembali ke wilayah Keraton Buton bersama-sama dengan Kamboru-boru yang lain yaitu Tapi-Tapi dan Kumewaha, tapi mengigat keturunannya sudah beranak cucu dan berdiam di tanah KOLOWA, maka mereka meminta biarlah kami di tanah KOLOWA saja, sehingga pada saat itu syara Muna dan syara Buton duduk di tanah KOLOWA untuk memikirkan bagaimana batas-batas wilayah Wa Ode Dumba bersama anak cucu keturunannya?, dari kesepakatan syara Buton dan syara Muna yang dilakukan di tanah KOLOWA, maka diambilah sepenggal wilayah Lakina Baruta, diambilah wilayah Lakina Bombonawulu dan sepenggal wilayah Kolakinabone itulah wilayah KOLOWA dimasa lalu. Dan tanah KOLOWA ini tidak dimintai upeti karena semuanya adalah satu keturunan, dimana keturunannya berasal dari keturunan La Elangi, sementara La Elangi dengan keturunan Tapi-Tapi dan Kumbewaha merupakan sepupu, dimana ketiga manusia ini merupakan symbol atau tungku tegaknya kesultanan Buton dimasa lalu.
Mengenang kejadian ini kita sebagai anak cucu, mudah-mudahan terbangun semangat juang kita, hari ini kita masih duduk di pelataran yang terbuka tetapi mudah-mudahan tahun-tahun kedepan kita mampu membangun sebuah Rumah Adat, sehingga dalam pelaksanaan tradisi budaya yang dilakukan di tanah KOLOWA, layaknya kita berada di wilayah eks kesultanan Buton yang lain.